Puisi Terakhir Melawan Takdir

1-gaaksmf6j7cmtjcgqvx2kg

Tidurku larut malam
Terpaku mimpi temaram
Tentang kisah kita yang kelam
Terpaut rindu semakin mendalam

Tapi sudahlah tak baik kita tenggelam
Dalam balutan rasa yang menyesatkan
Mungkin kini rasamu telah karam
Tersapu deras ombak dikala hujan

Karena aku bukan fakir dan bukan pula lendir
Yang tak butuh rasa kasihan atau kata najis mencibir
Lagipula rasa ini pun nyata bukan hanya fiktif belaka
Yang tak perlu kau cela atau pun negatif sangka

Dan mungkin ini puisi terakhir
Karena perlahan menguak tabir
Tentang aku yang melawan takdir
Hingga berjuang sampai titik nadir

6 tanggapan untuk “Puisi Terakhir Melawan Takdir”

  1. Tapi ini bukan puisi terakhir yg ditulis kaan? Ya kaaan?

    Disukai oleh 2 orang

    1. puisi terakhir di tahun ini hehe

      Disukai oleh 1 orang

  2. Salam kenal untuk penulisnya. Puisinya bagus, apalagi sama kalimat “Karena aku bukan fakir dan bukan pula lendir
    Yang tak butuh rasa kasihan atau kata najis mencibir “

    Disukai oleh 2 orang

    1. Terimakasih ya mba Nola, ini masih belajar ko hehe

      Suka

  3. Waw amazing bung, menumpahkan fakta lewat kata

    Suka

  4. bagaimana membuat puisi sebagus ini?

    Suka

Tinggalkan Balasan ke nola Batalkan balasan